ADSENSE Link Ads 200 x 90
ADSENSE 336 x 280
Seorang istri syok berat karena suaminya yang menjadi sopir bus antarkota meninggal setelah mengalami tabrakan beruntun. Menurut saksi mata, sang suami tidak konsen saat menyetir (melamun).
Sang istri merasa bersalah karena malam sebelumnya mereka terlibat pertengkaran hebat. Sang istri mengeluarkan kata-kata yang sangat pedas bahwa ia sangat menyesal menikah dengan suaminya, menyesal karena hidup menderita. Tidak ada firasat apa-apa keesokan harinya saat sang suami pergi bekerja.
Hingga kemudian kecelakaan maut yang merenggut nyawa itu pun terjadi. Kini sang istri harus berjuang sendiri menghidupi ketiga anaknya yang masih kecil. Seandainya saja dia tidak berperilaku kasar pada suami, mungkinkah sang suami bisa konsen kerja dan kecelakaan maut itu bisa dihindari? Entahlah. Karena kata “seandainya" tidak akan mengubah apa-apa. Penyesalan tidak pernah berguna.
Seorang ibu menyesal karena anak perempuannya tidak mau bahkan benci nikah, benci laki-laki. Ibu tersebut menyesal seandainya waktu bisa terulang dia tidak akan mendoktrin anak perempuannya yang kala itu masih lugu bahwa semua laki-laki di dunia ini jahat. Dia tidak akan meracuni anak perempuannya yang kala itu masih polos hanya untuk memuaskan egonya yang tersakiti. Seandainya waktu bisa terulang. Seandainya sang ibu tidak menuruti hawa nafsu mungkin sang putri tidak akan mengambil keputusan ekstrim yang mengiris hati. Semua sudah terlambat.
Dan, masih banyak lagi contoh serupa.
Bicara apa saja kemudian baru berpikir lebih banyak membawa mudharat ketimbang manfaat. Mungkin tujuan orang yang bicara seenaknya itu hanya sekadar meluapkan emosi sesaat setelah itu lega dan tidak ada apa-apa. Tapi bagaimana dengan yang menerima “sampah” tersebut. Iya kalau menyadari karena sudah dewasa, kalau belum? Bagaimana jika yang menerima sampah hati tsb anak-anak yang masih polos? Apakah sudah dipikirkan akibatnya?
Biasanya, yang suka ngomong sembarangan akan berdalih, “Aku baik kok walaupun kata-kataku kasar,” ya iyalah semua sampahnya udah dibuang ke orang lain. Tapi gimana dengan yang menerima?
Sahabat, mengumbar emosi dan amarah negatif tidak pernah berakhir bahagia kecuali hanya kepuasan sesaat. Bahkan kita sendiri sering lihat hanya karena kepleset lidah, seseorang bisa dipenjara bahkan diusir.
Sahabat, memang tidak mudah mengendalikan amarah apalagi jika sudah sampai di ubun-ubun. Tapi, tidak mudah bukan berarti tidak bisa. Kalau kita mau berlatih, pasti bisa.
Setiap orang pernah berbuat salah, tapi hanya sedikit yang mau belajar dari kesalahan.
0 Response to "BAHAYA !!! Efek Negatif Asal Bicara dan Berbicara kasar !!! Kalau Pemimpin yang Bicaranya Kasar Bagaimana?"
Posting Komentar